Kajian Hadist

KAJIAN HADIST (1)

PERSIAPKAN " ESOK" DENGAN SIAGA RAMADHAN

RamadhanWaktu terus bergulir. Tanpa terasa, tidak berapa lama lagi kita akan kedatangan tamu agung, Bulan Ramadhan. Sebagai Muslim yang mendambakan kebahagiaan dunia akhirat, tentu kita tidak dapat mau ketinggalan untuk mendapatkan keberkahan di bulan mulia tersebut.

Dalam hal ini tentu perencanaan menjadi satu hal yang harus kita siapkan sedari kini. Sebagaimana Rasullullah juga melakukannya, jauh sebelum ramadhan tiba.

Perbanyak Puasa

Memasuki bulan Sya'ban, Rasulullah meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah puasa, qiyamul lail, zikir dan amal salehnya, termasuk dalam sedekah dan zakat. Peningkatan tersebut dikarenakan semakin dekatnya bulan Ramadhan yang akan menjadi puncak aktivitas kesalehan dan spiritual seorang Muslim.

Jika biasanya dalam sebulan Rasul Shallallhu 'Alaihi Wassallam berpuasa rata-rata 11 hari, maka di bulan Sya'ban ini beliau berpuasa hampir sebelan penuh.

Dikisahkan oleh Aisyah RA, bahwasanya: 

"Rasulullah banyak berpuasa ( di bulan Sya'ban) sehingga kita mengatakan, beliau tidak pernah berbuka dan aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebelan penuh, kecuali puasa Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah banyak berpuasa (di luar Ramadhan) melebihi Sya'ban." (HR. Bukhari-Muslim)

Dalam riwayat Usama bin Zayed RA dikatakan :

"Aku bertanya kepada Rasul, "Wahai Rasulullah, Aku tidak melihatmu banyak berpuasa seperti di bulan Sya'ban?. "Beliau menjawab, "Sya'ban adalah bulan yang dilupakan manusia, letaknya antara Rajab dan Ramadhan. Di bulan tersebut amal manusia diangkat (ke langit) oleh Allah Subhanahu Wata'ala dan aku menyukai pada saat amal diangkat aku dalam keadaan berpuasa." ( HR.An-Nasa'i).

Sedekah

Selain berlatih puasa, Rasulullah juga mempersiapkan diri sedemikian rupa dalam hal sedekah.

" Nabi adalah orang yang amat dermawan, dan beliau lebih dermawan pada bulan Ramadhan, saat beliau ditemui Jibril untuk membacakan padanya Al Quran. Jibril menemui beliau setiap malam pada bulan Ramadhan, lalu membacakan padanya Al Quran, Rasulullah ketika ditemui Jibril lebih dermawan dalam kebaikan daripada angin yang berhembus." (HR. Ahmad).

Bahkan dalam riwayat lain disebutkan bahwa, " Dan beliau tidak pernah dimintai sesuatu kecuali memberikannya."

Keteladanan mulia ini jangan sampai terlewatkan dari perencanaan kita menyongsong Ramadhan. Apalagi, kala Ramadhan, pahala dari sedekah kan sangat besar balasan dari sisi-Nya.

Rasulullah bersabda: " Barangsiapa memberi makan pada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti pahala orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi sedikit pun dari pahalanya." ( HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Namun demikian, sama dengan ibadah lainnya, sedekah juga perlu dilatih. Jadi, mumpung masih ada kesempatan untuk mempersiapkan diri, mari manfaatkan hari-hari menjelang Ramadhan ini dengan berlatih meningkatkan ibadah dan kepedulian dengan zakat dan sedekah serta amal sholeh lainnya.

 

Sumber: Majalah Mulia

 

KAJIAN HADIST (2)

HATI, AKAL dan EMOSIimages-2

“Sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal darah, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuh. Apabila ia buruk, maka buruk pula seluruh tubuh.Ketahuilah, itu adalah hati.” ( HR.Buhari&Muslim)

“ Apalah gunanya ilmu jika tidak diamalkan, dan apalah gunanya hidup jika tidak berlandaskan Sunnah dan Al Quran?” demikian kata ulama salaf.

Kata hikmah ini nampaknya cocok dengan kondisi zaman sekarang, bagaimana seorang bergelar pendidikan tinggi dalam dunia akademik, bahkan termasuk pejabat negara bisa terperosok pada kejahatan korupsi.

Imam Ghazali sebagaimana dikutip dalam Tafsir Ilmiah Atas Juz’Amma, “ Manusia bergerak dengan tiga pertimbangan. Ada kualitas baik ( akal ), kualitas benar ( spiritual ) dan kualitas nyaman ( emosional ).

Akal tidak bisa mengatakan sesuatu itu benar atau salah. Akal hanya bisa membedakan baik atau buruk. Hatilah yang bisa memastikan sesuatu itu benar atau salah.

Pantas jika jauh hari Rasullah mengingatkan kita pentingnya menjaga hati ini, karena hati itulah raja bagi setiap jiwa.

Dengan kata lain, Muslim yang menempatkan hati sebgai raja akan selamat dari ketidakbaikan dan ketidakbenaran. Dan, pada saat yang sama, manusia yang hatinya menjadi raja akan senantiasa merasakan nikmat ketenangan dalam hidupnya. Sebab hati yang menjadi raja akan leluasa dalam mengingat penciptanya, yakni Allah SWT. Ia akan terhindar dari kesia-siaan apalagi kemaksiatan.

Sebagai contoh, ketika manusia melihat wanita cantik, emosi akan mendorong seorang pria untuk terus melihatnya, sementara akal berkata,”Apa gunanya sih, melihat istri orsng lain.”

Hati akan menilai bahwa pandangan yang seperti itu harus dihindari dan dijauhi karena akan mendorong jiwa  terperangkap keinginan syahwat.

Dengan demikian untuk menjadi Muslim paripurna kita harus mampu mendudukkan aspek spiritual sebagai raja yang sesungguhnya. Akal menjadi menteri, pembantu atau asistenya, sedangkan emosi sebagai petugas pencarinya. Padukan dan tempatkan semua sesuai maqomnya.

 

Sumber: Majalah Mulia